Sendiri ku berdiri disini
Di sudut pojok ruang hati
Mencari-dan terus mencari
Tanpa tahu apa yang ingin dicari
Hanya bisa merasakan
mencoba mencari kejujuran
Dalam rasa yang terus bergelora tak berkawan
Atas hati yang terus berkinginan
Tak ada angin berhembus
Membuat peluh mengalir menembus
Membawa sebuah kerinduan yang tak bertepi
Selalu hadir dalam hidup sepi
Biar, biarkan aku menata ruang di hati
Karena tak sedikit inginku atas cinta ini
Menggurat membekas di dalam nurani
Terus berbisik dan menyapa meyakini
Bagai gerimis turun malam hari
Menyapu jejak luka
Membangkit memberi pesona
Atas suatu keinginan diri
Seorang yang kusayangi
Terimakasih ku atas semua ini
Kau telah miminjamkan ku sayap
Biar ku coba terus terbang merayap
Mengantarkan ketulusan cinta yang termiliki
Duhai Kekasihku …
Aku hanyalah insan lemah
Yang sering berbuat dosa
Pun sering menyesalinya
Namun slalu terulang lagi
Duhai Kekasihku …
Jikalau kami masih menyiakan waktu
Jika segunung dosa masih membumbung
Adakah ampunanMu kan
menyambut?
Tuk menghadirkan cahaya kerinduan
Duhai Kekasihku …
Ingin kuterbang tinggi
Namun satu sayap tak kan mampu menapaki
Adakah sayap lain kan
mengantarku
Menggapai RidhoMu nan hakiki
Duhai Kekasihku …
Biarlah diRamadhan ini masih kusendiri
Sekiranya ku masih diberi kesempatan
Menyempurnakan doa yang tertunda
Sampai tiba waktunya tuk melabuhkan hatiku
Jika aku menunggu mekarmu penuh Akankah harummu mampu kurengkuh Di sini --menanti, kuncupmu tumbuh Sembari cemas ini tak jua mau luruh
Di bawah semburat putihmu nan teduh Anganku mengembara mengkhayal jauh Sepucuk kata terkulum, akankah jatuh Di antara desah resah penuh kisruh
O mawar muda nan ayu bersahaja Dalam panas mentari, elokmu menebarkan makna Menepiskan duka, menghantarkan bahagia Menarik segenap alam tuk hening memuja
Bagai bidadari, kau mewujud dalam kembang Mengalirkan manis madu pada sejuta kumbang Meski badai bertiup, kau tetap tegak tak tumbang Ketegaranmu seakan mengapus ragu dan bimbang
Di penghujung musim berselimutkan mega, Bermain-main engkau dengan angin kelana Dan sang bayu terus saja nakal nekat menggoda Malu-malu memuji indahmu, angin berkata
Sepoi-sepoi bercanda di antara kelopak lentik Semilirnya menitipkan embun sepercik Sebagai sajak rayuan yang lembut menggelitik Padamu, mawar muda, O yang teramat cantik
Namun musim ini mesti segera berganti Mengikuti kemana bintang gemintang menunjuk tinggi Sang angin pergi, berjanji dalam diam tuk kembali Meski masa depan tak memberi jawaban pasti
Jauh di sini, aku terus menorehkan rindu Tentang sekuntum mawar di bawah langit biru Dan aku hanya bisa menerawang membisu Sebab waktu tak sedang berpihak padaku
Di suatu masa, saat aku kembali datang Masihkah kau di sana, di hamparan padang Tak terpetik, hidup bebas dengan riang Menghirup cucuran hujan bersama ilalang
Dan jikalau akhirnya takdir kemudian mengijinkan Kuundang kau ke tanahku di sebrang lautan Kugenggam benihmu, kubawa pulang dalam hembusan Kutanam, dan selamanya kurawat di tengah taman
Dulu dia juga pernah memberikan aku cinta, tapi
tak seindah ini..
Dulu dia juga pernah memberikan aku harapan, tapi tak pernah sepasti ini..
Dulu dia juga pernah memberikan aku janji setia, tapi tak pernah sedalam ini..
Dulu dia juga pernah memberikan aku gairah, tapi tak pernah sehangat ini..
Mungkin aku jatuh cinta, yang kata orang berjuta rasanya..
Kamu datang dan secepat itu membuat segala kepedihanku sirna..
Kamu seperti menyihirku dengan kekuatan cintamu.
Siapakah kamu sebenarnya?
Mengapa kamu ada di sini, bersamaku?
Menemani malam-malam sepiku dan memberikan bulan padaku.
Lalu akankah matahari juga kamu bawakan untukku?
Dan bintang-bintang, akankah menjadi penyelimut hatiku..?
Musim Terus berganti
PAda Ufuk Timur terpancar aurora hati
Menggapai Mahligai senja putih
Menabur imagi pada relung suci tak berbuih
Hatiku sebutir salju putih
Mencair meleleh karena pancaran kasih
Menuai indah rasa yang tak terperi
mengagumi Pada Rasa yang terus menguji
Ketika cinta lampau berubah jadi benci
Hati ini tetap terus memuji bidadari
Memandang terus mengagumi bidadari dalam jiwa murni
Walau ku tahu kau tak akan bisa termiliki
Nurani menuai bangga karena pernah mencintai
Menjadi kenangan yang tak bisa terganti
Dalam hujan butiran ini rasa terpatri dan terus begini
Walau harus tegar melepas bidadari dengan senyum dan cinta sejati
Menggurat Nuansa Indah pada cakrawala tak terganti
Rembulan malam Bercumbu rayu menyatakan isi Hati
Menangis tertawa membawa sebutir rasa tercuri
malam Itu Saat Gugusan Gemintang menari
Hembusan Mimpi tentang ingin hati
Menggapai Suatu cinta yang putih dan suci
Cinta yang menembus batas garis sang mega
Memberi Aroma Romansa yang terus terjaga
Dimanakah Perempuanku saat ini
Kala Hati begitu syahdu Merasa Apa yang terjadi
Menikmati secuil kisah lampau yang berseri
Kisah bersama seorang bidadari hati
Dan Kini dalam Sejengkal Mimpi Diri
Diri mu hilang pergi dan membenci
Sebongkah Hati Yang begitu menyayangi
selalu teriringi doa terucap mengamini
Sabda Sebuah Hati yang terlanjur mencintai
Tak akan pernah berganti menjadi caci Maki
Begitulah Rasa Yang terukir dan terpatri
Aku mencintaimu kekasihku..........
Sebelum kita berdekatan
Sejak pertama kali ku kenal engkau
Aku tahu ini adalah takdir
Yang kenangannya mengubah perasaan
di relung hatiku.......
Dan membuatku begitu bahagia
Dibalik segala kepedihan misterinya
Cintamu............
Adalah dunia baru yang memenuhi seluruh sisi sisi kalbu
Memenuhi duniaku dengan pelangi warna warni
Sehingga aku mampu melupakan
Segala derita rahasia kehidupan ini
Aku mencintaimu kekasihku...........
Meski dalam pikiranku aku tak tahu
Mengapa aku mencintaimu
Tapi aku tak mau tahu
Sudah cukup aku mencintaimu
Dalam hati dan jiwaku
Kehadiranmu ciptakan jiwa dalam jiwaku
Membuatku selalu mengharapkan
Lebih banyak hari....lebih banyak malam
Dan lebih banyak kehidupan
untuk mu.................