Masih kulihat jelaga dimatamu, Jernih menawarkan tulus dalam sebuah jabat tangan Lalu terukirlah kisah persahabatan dalam diary bernama hati
Kawan, Masih kungingat cengkrama yang melantun dari bibir-bibir kita ketika bulan tawarkan redup, Ketika mentari tawarkan terik,
ketika langit tawarkan aneka warna ketika burung tawarkan nyanyian seindah sorga jiwa hingga memory kita terlarut dan enggan berpaling
hingga hari ini masih kulihat jelaga itu di matamu masih sejernih ketika dulu kita berjabat tangan tapi kita mesti pulang bukankah dedauan masih hijau serupa gejolak kita?
diary kita tak kan lusuh karena perpisahan bukanlah akhir memory, tapi pintu menuju ruang bernama cita-cita ketika aku haus cinta, kan kuteguk kasih dari memory dalam jelaga persahabatanmu