Entries in category: 9 Shown entries: 1-9 |
|
Sort by:
Date ·
Name ·
Rating ·
Comments ·
Views
Bisik jiwa tlah terputus dalam satu hembusan nafas Janji suci tlah kau ingkari tuk bersama Dalam tawa dan duka Yakinlah selalu … sobat Bawa segala luka yang menyobek hatimu Adalah pisau yang mengalir di setiap tetes darahku Kesedihan yang nampak di raut mukamu Adalah kepedihan terdalamku Ketidakramahan dirimu adalah penyobek hatiku Taukah kau sobat? Bahwa secercah tawa yang dulu slalu menghiasi wajahmu Kini tlah pudar dan bukan lagi Kebanggaan dalam tali hati antara kau dan aku Kini kau telah melepas jemari itu Padahal aku rapuh tanpa tangan itu Aku ingin kau selalu menjaga dan melindungiku Sobat … Sebuah tamparan yang selalu kudapat bila kusalah Sebuah bimbingan yang selalu merangkulku bila kulemah Kini tak akan pernah kudapati lagi Kemana aku harus mencari itu semua? Kau pergi tanpa mengucap sepatah kata pun Kau telah memutus persahabatan itu Persahabatan yang suci Kini tlah kau nodai dengan kebungkaman, kebohongan, dan kebosanan Semuanya penuh kepura-puraan Kau jadikan persahabatan Sebagai tempat berlabuh Tuk mencari pengalaman kehidupan Kenapa kau lakukan ini? Ku diam dalam kebungkaman yang penuh kesakitan Sedangkan dirimu tertawa penuh keriangan Lalu kini ku bertanya: Apa menurutmu seorang sahabat? And sahabat yang tulus seperti apa? Kau hanya diam tak bisa menjawab Sobat … Maafkan diri ini bila diri ini bersalah Meski kau telah pergi Bagiku kau selalu ada dalam hatiku Karena kau adalah sahabatku Dari dulu dan sampai kapan pun |
Apa lantas hendak kau salahkan gelombang, Jika dermaga yang kau tuju Tak ingin kau singgahi..
Apa hendak kau maki rasa hati, Yang berharap mawar Tapi duri yang kau dapati..
Tak usah juga kau tangisi Setiap masa manis berhujan puisi Tapi kemudian bermandi caci
Cinta bukanlah pesta kembang api Warna-warni indah membuncah langit Memecah sunyi Tapi hanya hitungan detik Lalu sepi kembali temani
Percayalah.. Cinta kan selalu senantiasa hadir Untuk yang mau mengerti |
Sahabat.., Tidakkah kau tahu,,, Aku terlalu sunyi,, Perasaan ini begitu menyiksakan,, Bertemankan sepi dan Hening malam,, Berjauhan denganmu bukan kehendakku,,,
Tidakkah kau tahu,,, Teriakku memanggil mu,, Kesepian ini membuat aku pilu,,, Betapa aku merinduimu,, Ingin mendengar suaramu walau sekejap,, Cuma cukup mengobati laraku,,,
Saat terbenam matahari,, Hingga terbit fajar,, Perasaan ku tidak puas,,, Mimpi indahku tak datang,, Resah dan gelisah membalut hiba,, Aku tak dapat tidur,,, Seperti mereka yang kedamaian,,
Sepi itu indah,,, Tapi bukan untukku,,, Karena senyap sunyi itulah,,, Telah membunuh ku,,, Telah membunuh ku,,, Telah membunuh ku,,,
Kini sepi tak lagi untukku Karena memang sepi bukan untukku Fajar merekah Beri kilau kedamaian jiwa
Terulur tangan nan kekar Menuntun dalam bimbang Tuk keluar dari sepiku Karena memang sepi bukan untukku….. |
Di saat kita nikmati kebersamaan Banyak hal terlewatkan begitu saja Keceriaan, gelak-tawa serta canda ria Semuanya mengalir begitu saja
Waktu yang tersedia Seolah tak mampu untuk menampungnya Begitu cepat berlalu Berlari seolah tak mau berhenti
Kenangan-kenangan itu tak terasa Pergi meninggalkan semua kegembiraan Keceriaan, gelak tawa serta canda ria Satu persatu kenangan itu hilang sekejap mata Ada sederet senyum saat terlintas memory yang dulu kala
Kenapa kegembiraan itu harus pergi? Tidak searah dengan langkah kaki? Kapan ini semua bisa terulang kembali? Akankah kita tidak akan pernah bertemu lagi?
Sahabat… Semua yang pernah kita jalani Hari demi hari, waktu demi waktu Tatkala kita lalui semuanya bersama
Banyak hal yang pernah terjadi Karena itulah liturgi hidup yang kita miliki Kadang benci, kesal dan kecewa Juga senang, hormat dan sayang
Sungguh luar biasa apa yang telah kita lalui bersama Inikah pemberian tak ternilai dari Sang Kuasa? Yang sering kali tak pernah kita syukuri adanya
Ya Allah… Lindungilah mereka yang kucinta. |
Kereguk segelas jeruk hangat Berharap menghilangkan penat Ah…rasa masam dan manis yang bersatu Dapat sejenak membuatku melupakan waktu
Kekasihku… Dialah nafasku Sahabatku… Merekalah ragaku
Tuhan… Dia wanita yang tertanam rusukku Dengan nafasnya aku hidup Dengan mata hatinya aku melihat dunia Tolong satukan kami selamanya Seperti Bulan dan Bintang Seperti Adam dan Hawa Biarkan kisah cinta kami kekal abadi
Tuhan… Dia yang mengisi hariku Mendengarkan keluh kesahku Kami saling berbagi cerita suka dan duka Kami saling menopang dan memberikan semangat dalam berbagai cobaan hidup Biarkan persahabatan kami kekal abadi
Tuhan…. Janganlah pisahkan aku dari kasihku dan sahabatku Karena Kasihku…. Adalah nafasku Karena Sahabatku…. Adalah ragaku |
Masih kulihat jelaga dimatamu, Jernih menawarkan tulus dalam sebuah jabat tangan Lalu terukirlah kisah persahabatan dalam diary bernama hati
Kawan, Masih kungingat cengkrama yang melantun dari bibir-bibir kita ketika bulan tawarkan redup, Ketika mentari tawarkan terik,
ketika langit tawarkan aneka warna ketika burung tawarkan nyanyian seindah sorga jiwa hingga memory kita terlarut dan enggan berpaling
hingga hari ini masih kulihat jelaga itu di matamu masih sejernih ketika dulu kita berjabat tangan tapi kita mesti pulang bukankah dedauan masih hijau serupa gejolak kita?
diary kita tak kan lusuh karena perpisahan bukanlah akhir memory, tapi pintu menuju ruang bernama cita-cita ketika aku haus cinta, kan kuteguk kasih dari memory dalam jelaga persahabatanmu |
Langit hitam berbenang merah bersulam darah Halilintar bergetar menebarkan tebaran getar Lautan berbingkai bangkai melukis mati Bumi berajah api membakar hati Hutan berimba cahaya menyilaukan rasa Semesta berbicara berakhirlah dunia
Halilintar menyambar melontarkan kabar berlontar mati Darah melambai-lambai di atas periuk berduri Jiwa berumbai-rumbai dalam dekapan mimpi Rongga api di hentakan ke dasar bumi
Kepapakan gagak berapi suci Meniadakan nafas yang telah pergi
Sinar seperti bayangan bulan mengelegar membuka pintu kematian Sayatan pedang berduri tajam di tarik pelan Nafas telah panas sudah saatnya pergi Kembali kedaLam pusaran cahaya remang Selamat jalan |
Mengapa Kau diam Sahabat? Aku Diam Karena aku tidak ingin bicara Aku menikmaati suasana Hening Karena Hening dapat memberikan Nuansa
Tidak kah kau lihat mereka berbicara Sahabat? Kenapa Kau memilh selalu diam Aku Bukan mereka, aku tidak suka banyak bicara Itu menunjukan meraka tidak Mempunyai Makna
Tidak Kah Kau Sakit atau Marah atas ulah mereka sahabat? Marah? kenapa harus marah.. aku hanya tertawa Lihatlah mereka, Badut-badut panggung melakonkan drama Itulah Kwalitas Mereka yang tak bijaksana
Bukan kah diam tak menyelesakai Masalah Sahabat? Kamu salah, Diam menjawab dengan seribu bahasa Apakah tidak kau lihat congor mereka berbusa Dengan kata-kata yang hanya sebuah bisa
lalu apa yang akan kau lakukan sahabat? Aku hanya akan melihat dan terus tertawa Melihat Ocehan badut-badut panggung itu disana tidak kah kau terhidur oleh meraka
Kau betul sahabat ku yang sangat kucinta Memang dengan banyak berbicara kita terlihat merana Dengan diam kita bisa memaknai yang ada Kau memang sahabat ku yang bijaksana. |
Dan jika berkata, berkatalah kepada aku tentang kebenaran persahabatan? Sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi. Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu. Karena
kau menghampirinya saat hati lapa dan mencarinya saat jiwa butuh
kedamaian.Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut
membisikkan kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau
menyembunyikan kata “ya”.
Dan bilamana ia diam, hatimu tiada
‘kan henti mencoba merangkum bahasa hatinya; karena tanpa ungkapan
kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran, hasrat, dan
keinginan terlahirkan bersama dengan sukacita yang utuh, pun tiada
terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka
cita; Karena yang paling kaukasihi dalam dirinya, mungkin lebih
cemerlang dalam ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki,
nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.
Dan tiada
maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan.
Karena kasih yang masih menyisakan pamrih, di luar jangkauan
misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan: hanya
menangkap yang tiada diharapkan.
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu. Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu. Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya, untuk sekadar bersama dalam membunuh waktu?
Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu! Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu. Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan. Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati dan gairah segar kehidupan. |
|